Manajemen
Pemasaran Batik:Batik Motif Bola
MAKALAH
Diajukan
guna memenuhi tugas
dalam
mata kuliah manajemen pemasaran
Disusun Oleh:
Muhamad
Misbah (11390079)
Dosen:
Joko Setyono S.E
KEUANGAN
ISLAM
FAKULTAS
SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALI JAGA
YOGYAKARTA
2012
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia
adalah negara yang terdiri dari beberapa suku bangsa, sehingga memiliki
beraneka ragam seni dan kebudayaan. Mulai dari bahasa, adat istiadat, tarian,
tulis/mewarnai, olah vocal, cita rasa, bentuk rumah dan lain-lain.
Batik
(baik kain maupun baju) merupakan salah satu seni mewarnai yang berkembang
sejak zaman dahulu dan merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Namun
dengan berkembangnya zaman keberadaan batik mulai tidak terlihat, batik seolah
kalah bersaing dengan kain/baju model lain yang lebih modern. Pemuda dan pemudi
pun lebih memilih pakaian yang bermotif lain, mereka menganggap batik hanyalah
untuk kaum tua. Sebagai warisan leluhur bangsa Indonesia, batik harus di
lestarikan sehingga bisa tetap terjaga keberadaannya serta dapat menjadi
identitas bangsa.
Dalam
menghadapi tantangan zaman ini, para pengrajin (pengusaha) batik pun mulai
berinovasi. Dalam perkembangannya motif batik tidak hanya digunakan dalam pakaian,
penambahan motifnya pun diharapkan bias meningkatkan popularitas batik.
Salah satu motif baru yang cukup
digemari adalah motif bola. Selain bisa menunjukan kecintaan pada sepak bola
(khususnya klub), konsumen juga bisa melestarikan budaya bangsa.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah
pengertian batik dan bagaimana sejarahnya batik Indonesia?
2.
Bagaimana
manajemen pemasaran batik mengatasi penurunan minat masyarakat terhadap batik?
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Batik dan Sejarah Batik Indonesia
Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan
pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang perama adalah teknik
pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari
kain. Dalam literature internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist
dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik
tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan.
Batik Indonesia sebagai keseluruhan teknik, teknologi dan pengembangan motif
dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai warisan
kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonbendawi (Masterpieces of the Oral and
intangible Heritage of Humanity) sejak 2 oktober, 2009.[1]
Pada
masa pemerintahan Presiden Soekarno dahulu pernah terlontar pemikiran yang
ingin menjadikan batik sebagai produk andalan, dan sekaligus sebagai jati diri
bangsa Indonesia. Ketika itu dikumandangkan pertama kali mengenai sebutan
“batik Indonesia”. Batik juga dinilai memiliki tujuan politis yaitu sebagai
alat pemersatu bangsa. Menyatukan berbagai corak ragam suku bangsa yang selama
ini telah memiliki kekhasan masing-masing dalam berpakaian daerah.[2]
Batik
menjadi produksi paling utama di Jawa. Perkembangan Batik menjadi amat kuat
setelah ditemukannya metode penanaman serat kapas (ciam) dari tanaman Jong yang
sangat ahli dilakukan oleh orang-orang Cina di Pekajangan (Pekalongan) pada
tahun 1880. Ditemukannya serat ini membuat jiwa dagang orang Pekalongan tumbuh.
Banyak dari saudagar-saudagar Pekalongan baik keturunan Cina atau Jawa asli
yang berpindah ke Solo dan membangun usaha Batik. Kemudian pada tahun 1898,
Sunan Pakubowono X, Raja Solo yang baru diangkat beberapa tahun sebelumnya
memerintahkan dibangun sebuah sentra perdagangan sekaligus koperasi-koperasi
bagi usaha Batik. Konsep Koperasi menjadi obsesi Sunan Solo setelah membaca
sebuah buku tentang Koperasi di Inggris tentang industri tekstil. Atas titah
Sunan inilah kemudian berdiri puluhan koperasi di Solo. Lantas kemudian diikuti
berdirinya koperasi diluar wilayah Voorstenlanden (Solo dan Yogya) yaitu di
Pekalongan, Semarang dan Cirebon.
Pada tahun 1948, beberapa pengusaha Solo dan
Pekalongan bertemu untuk membangun sebuah gabungan koperasi batik Indonesia.
Lalu beberapa orang dipimpin Haji Djunaid menghadap ke Pemerintah Indonesia
yang saat itu berada di Yogyakarta. Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan
mengajak para pengusaha bergabung dan bersatu membentuk “Gabungan Koperasi
Batik Indonesia”. Atau disingkat “GKBI”. Kekayaan GKBI sempat berjaya ketika
Pemerintahan Republik Indonesia di tahun 1950-an memutuskan bahwa GKBI
dilindungi pemerintah dengan memberikan konsesi khusus harga pada kain mori dan
penyediaan kain putih. Pada tahun 1960 bahkan Presiden Sukarno mengajak seluruh
rakyat memakai batik sebagai pakaian nasional. Sejak 1964 pesta-pesta
pernikahan resmi yang tadinya orang-orang mengenakan jas ala Belanda mulai
banyak yang memakai batik sebagai bentuk pakaian formal.[3]
B.
Manajemen
Pemasaran Batik: Batik Motif Bola
Menurut
American Marketing Assosiation (AMA) pemasaran adalah suatu fungsi organisasi
dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan memberikan
nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang
menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya. Manajemen pemasaran
sendiri merupakan seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih,
mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan,
dan mengomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.[4]
Dalam
pembahasannya, manajemen pemasaran batik menggunakan beberapa teori sebagai
pendekatan, diantaranya yaitu:
Ø STP (Segmentation, Targeting,
Positioning)
Ø 4P (Product, Price, Place, Promotion)
Ø Lingkungan dan Situasi Konsumen
I.
STP
(Segmentation, Targeting, Positoning)
a.
Segmentation
Segmentasi
adalah usaha untuk membagi pasar kedalam kelompok-kelompok yang dapat dibedakan
satu sama lain dalam hal kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang mungkin
akan memerlukan produk-produk dan strategi pemasaran tertentu untuk
menjangkaunya. Ada beberapa
segmentasi pasar yang dapat dijadikan acuan manajemen pemasaran:
i.
Segmentasi Geografis
Segmentasi geografis merupakan pembagian pasar menjadi berbagai
unit geografis seperti Negara, Negara bagian, wilayah, kabupaten, kota atau
lingkungan sekitar. Perusahaan dapat beroperasi di satu atau beberapa daerah,
atau beroperasi di seluruh daerah, sambil tetap memberikan perhatian pada
variasi local.
ii.
Segmentasi Demografis
Segmentasi
demografis membagi pasar menjadi kelompok-kelompok berdasarkan variable seperti
usia, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, jenis kelamin, penghasilan,
pekerjaan, pendidikan, agama, ras, generasi, kebangsaan dan kelas social.
Variable ini terikat erat dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.
iii.
Segmentasi Psikografis
Psikografi
adalah ilmu untuk menggunakan psikologi dan demografi guna lebih memahami
konsumen. Dalam segmentasi psikografis, pembeli dibagi menjadi berbagai
kelompok berdasarkan sifat psikoligis/kepribadian, gaya hidup, atau nilai.
Orang-orang dalam kelompok demografi yang sama bisa memiliki profil psikografis
yang sangat berbeda.
iv.
Segmentasi perilaku
Dalam
segmentasi perilaku, pemasar membagi pembeli menjadi beberapa kelompok
berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan, atau respon terhadap sebuah produk.
b.
Targeting
Targeting
adalah penetapan pasar sasaran, dimana perusahaan harus meng-evaluasi berbagai
segmen dan memutuskan segmen mana yang akan di layani.
Pilihan pasar sasaran yang dituju
tersebut, bisa didasarkan atas beberapa pertimbangan, yang diantaranya :
·
Ukuran segmen dan pertumbuhan.
Informasi mengenai volume penjualan, proyeksi tingkat pertumbuhan dan profit
margin yang diharapkan akan membantu perusahaan dalam mengetahui, apakah
segmen yang dipilihnya itu cukup besar dan mampu mendorong pertumbuhan
perusahaan dimasa datang atau tidak.
·
Daya tarik
struktural segmen. Pertimbangan ini mencakup analisa pesaing, produk atau jasa
substisusi, daya beli konsumen.
·
Tujuan-tujuan
dan sumber-sumber perusahaan. Perusahaan juga harus mempertimbangkan apakah
pelayanan yang akan diberikan kepada segmen yang akan dipilihnya itu sesuai
atau tidak dengan tujuan dan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan.
Philip Kotler
& Kevin Lane Keller (manajemen pemasaran jilid 1 :249), agar lebih
bermanfaat dan efektif, segmen pasar diurutkan berdasarkan lima kata kunci:
ü Terukur: ukuran, daya beli, dan karakteristik segmen
dapat diukur.
ü Substansial: segmen cukup besar dan menguntungkan untuk
dilayani.
ü Dapat diakses: segmen dapat dijangkau dan dilayani secara
efektif.
ü Dapat didiferensiasi: segmen dapat dibedakan secara
konseptual dan mempunyai respon yang berbeda terhadap elemen dan program bauran
pemasaran yang berbeda.
ü Dapat ditindaklanjuti: program yang efektif dapat
diformulasikan untuk menarik dan melayani segmen.
Segmentasi dan
target pemasaran batik motif bola sudah memenuhi syarat-syarat diatas. Hal ini terlihat dari permintaan
batik bola dipasaran meningkat, apalagi menurut kabarnya, batik bola menjadi
tenar setelah Gading Martin dan Andhika Pratama memakai batik bola ini di acara
Inbox. Tentu saja, melihat panggilan batik ini, dpastikan yang mengincarnya
adalah para penggila bola. Apalagi warna motif tersebut terkesan trendi dan
nyentrik. Terlebih lagi, baju tersebut terkesan santai namun formal sehingga
cocok juga dipakai saat nonton bola hingga kondangan. Peminat baju batik dengan
motif bola sangat digandrungi, dan rata-rata merupakan anak muda yang gila
bola. Mulai dari siswa SMA, mahasiswa hingga pekerja dengan usia 25-40 tahunHal
ini terlihat dari permintaan batik bola dipasaran meningkat, apalagi menurut
kabarnya, batik bola menjadi tenar setelah Gading Martin dan Andhika Pratama
memakai batik bola ini di acara Inbox. Tentu saja, melihat panggilan batik ini,
dpastikan yang mengincarnya adalah para penggila bola. Apalagi warna motif
tersebut terkesan trendi dan nyentrik. Terlebih lagi, baju tersebut terkesan
santai namun formal sehingga cocok juga dipakai saat nonton bola hingga
kondangan. Peminat baju batik dengan motif bola sangat digandrungi, dan
rata-rata merupakan anak muda yang gila bola. Mulai dari siswa SMA, mahasiswa
hingga pekerja dengan usia 25-40 tahun.[5]
c.
Positioning
Ketika
sebuah positioning telah ditetapkan untuk suatu produk atau jasa,
pemasar harus mampu menterjemahkan ke dalam suatu strategi untuk
mengkomunikasikan manfaat atas atribut produk kepada konsumen. Dalam
mengkomunikasikan, pemasar dapat mengunakan pendekatan konsumen (consumer positioning) dan
persaingan (competitive positioning). Consumer positioning menghubungkan
manfaat produk serta layanan produk secara keseluruhan kepada konsumen. Competitive
positioning mengkomunikasikan manfaat produk atau jasa dengan cara
membandingkan dengan produk pesaing.
Consumer Positioning Strategies
•
pemasar dapat
memposisikan melalui manfaat kepada konsumen secara berkelanjutan dari
informasi ke image. Penetapan berdasarkan manfaat secara khusus dan
mencoba untuk membentuk image melalui layanan produk.
•
Positioning berdasarkan image
adalah suatu pendekatan yang lebih umum untuk mencoba menampilkan manfaat yang
samar dan memiliki lebih dari satu manfaat.
Competitive Positioning Strategies
•
Pendekatan lain
dalam memposisikan produk adalah dengan meningkatkan hubungan antara manfaat
dengan produk , dengan cara memfokuskan terhadap persaingan. Strategi ini
mengkaitkan suatu hubungan produk yang sudah tertanam dalam benak konsumen.
Pemasar biasanya menggunakan competitive positioning melalui iklan
perbandingan (comparative advertising) yang menyebutkan nama pesaing
utamanya dalam iklan sebagai kerangka referensi dalam memposisikan produknya.
II.
4P (Product,
Price, Place, Promotion)
1.
Product
Pertama-tama, untuk masuk ke pasar, kita harus memiliki produk yang
bagus sesuai dengan target pasarnya.
Ada beberapa alternative tindakan dalam marketing mix
•
Merubah barang
dengan
•
barang eksklusif atau model baru.
•
Model khusus
untuk segmen khusus
•
Menyederhanakan
model untuk kelas ekonomi
•
Menambah
beberapa barang tambahan.
•
Merubah bungkus
dengan
•
Menambah nilai
manfaat bagi pemakai
•
Menambah daya
tarik
•
Menawarkan
bungkus prestis
•
Menambah merk
•
Menambah merk
prestis
•
Menambah merk
yang dapat bersaing
•
Menambahkan
pelayanan
•
Menambahkan pelayanan
khusus atau penaganan masalah yang khusus.
•
Meningkatkan
kualitas pelayanan
•
Menambahkan
jaminan atau garansi kepuasan
2.
Price
Produk tersebut harus memiliki harga yang sesuai dengan target
pasar.
•
Merencanakan harga lebih murah untuk
menunjukkan bahwa biaya eksperimen telah dapat diatasi.
•
Menawarkan
potongan harga menarik bagi distributor.
•
Menawarkan harga promosi pada saat
tertentu.
3.
Place
Lokasi atau
tempat yang kita masuki juga menentukan keberhasilan menggarap target pasar.
•
Mendorong barang melalui berbagai saluran
•
Menemukan dealer yang lebih murah
•
Meningkatkan pelayanan dalam kecepatan sistem
pendistribusian apabila kesulitan dalam membedakan barang.
4.
Promotion
Ketiga P yang
lain tak akan berarti tanpa promosi, yakni mengkomunikasikan produk kita kepada
target pasar.
Cara
mengkomunikasikan produk:
•
Meningkatkan strategi menarik ( pull strategi
) pada media massa demi efisiensi.
•
Beragam pesan untuk mencapai segmen pasar
khusus.
•
Penekanan pada keungulan merk dibanding
pesaing.
•
Peningkatan personal selling dan promosi
penjualan untuk mendekati konsumen.
•
Peningkatan promosi kerjasama dengan dealer.
III.
Lingkungan dan Situasi Konsumen
a.
Lingkungan
konsumen
Konsumen tidak
hidup sendiri, ia berinteraksi dengan keluarganya, saudaranya, teman-temannya,
dan orang-orang disekelilingnya. Konsumen adalah mahluk sosial yang dipengaruhi
oleh lingkungan sosial dan lingkungan alam sekitarnya.
Berdasarkan kedekatannya dengan
konsumen, lingkungan konsumen terbagi kedalam lingkungan mikro dan lingkungan
makro. Lingkungan mikro adalah lingkungan yang sangat dekat dengan konsumen,
yang berinteraksi langsung dengan konsumen. Lingkungan mikro akan mempengaruhi
perilaku, sikap dan kognitif konsumen tertentu secara langsung. Contoh
keluarga, teman-teman dan orang-orang yang berinteraksi langsung dengan
konsumen.
Sedangkan lingkungan makro adalah
lingkungan jauh konsumen. Lingkungan makro sosial bersifat umum dan berskala
luas, misalnya sistem pulitik dan hukum, kondisi ekonomi, dan budaya. Karena
itu, lingkungan makro memiliki pengaruh luas terhadap masyarakat bukan hanya
kepada individu konsumen.
b.
Situasi
konsumen
Situasi
konsumen adalah faktor lingkungan sementara yang menyebabkan suatu situasi
dimana perilaku konsumen muncul pada waktu dan tempat tertentu.
Engel, Blackwell dan Miniard (1995, hal
794) mengemukakan bahwa pengaruh situasi adalah pengaruh yang muncul dari
faktor-faktor yang sangat terkait dengan waktu dan tempat, yang tidak
tergantung pada konsumen dan karakteristik objek.
Ada lima karakteristik dari situasi konsumen
:
ü
Lingkungan
fisik : sarana fisik yang menggambarkan situasi konsumen yang meliputi: lokasi,
dekorasi, aroma, cahaya, cuaca, dan objek fisik lainnya.
ü
Limgkungan
sosial : kehadiran dan ketidakhadiran orang lain pada situasi tersebut
ü
Waktu : waktu saat
perilaku muncul. Waktu mungkin diukur secara subjektif berdasarkan situasi
konsumen. Misalnya kapan terakhir kali membeli baju batik.
ü
Tujuan : tujuan
yang ingin dicapai pada suatu situasi. Belanja untuk hadiah akan memberikan
situasi yang berbeda dengan belanja untuk kebutuhan sendiri.
ü
Suasana hati :
suasana hati atau kondisi jiwa sesaat (khawatir, buru-buru, sedih,
bahagia,marah) yang dibawa pada suatu situasi.
Perkembangan
sepak bola, iklan dan orang-orang disekitar lingkungan mempengaruhi cara berpikir
konsumen. Walaupun pada awalnya tidak suka sepak bola, bahkan tidak tahu, tapi
karena teman-temannya sering membicarakan sepak bola, maka lama kelamaan
konsumen akan terpengaruh. Sehingga konsumen berusaha untuk mengetahui sepak
bola.
Ketika seseorang
mencintai sepak bola (sebuah klub) maka ia akan menyukai hal-hal yang bernuansa
klub tersebut, termasuk batik bola.
PENUTUP
Kesimpulan
Batik merupakan
warisan budaya bangsa indonesia yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Seiring
perkembangan zaman batik mulai di tinggalkan oleh masyarakat indonesia,
khususnya kaum muda. Apabila perusahaan batik tidak berbenah diri dan mencari
ide-ide yang kreatif dan inovatif untuk menciptakan “sesuatu” yang baru, maka
dikhawatirkan batik akan lenyap di bumi pertiwi ini.
Pelestarian dan kekreatifitasan dalam pembuatan batik terus
berkembang, hingga saat ini kembali hadir sebuah karya baru dari batik. Batik
ini dikenal sebagai batik bola. Karena, motif yang dibuat dihiasi dengan logo
klub sepakbola internasional. Klub sepakbola ini tentu yang sudah punya nama
besar seperti Manchester United (MU), Barcelona (Barca), Chelsea, AC Milan,
Manchester City, Juventus, Liverpool dll
Kehadiran batik bola memberikan nuansa yang berbeda dalam
batik, namun perbedaan itu bersifat positif. Ada beberapa manfaat yang didapat
melalui batik bola. Salah satunya, kaum muda (yang kebanyakan menyukai bola)
bisa menunjukan kecintaan mereka pada tim kesayangnnya dengan memakai pakaian
yang memiliki logo tim tersebut. Selain itu, mereka juga ikut melestarikan
budaya bangsa. Tanpa sadar,dua manfaat telah mereka dapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Kotler, Philip & Kevin
Lane Keller, 2009, Manajemen Pemasaran Edisi Ketiga Belas Jilid 1, Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Sumarwan, Ujang, 2002, Perilaku
Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran, Bogor: PT Ghalia
Indonesia.
Aryunda Dofa, Anesia,
1996, Batik Indonesia, Jakarta: PT Golden Terayon Press.
0 komentar:
Posting Komentar